Jumat, 29 Januari 2016

Cara Bermain Rubik 3x3 untuk Pemula

Permainan rubik makin diminati banyak orang. Di Indonesia, permainan ini tidak hanya digemari anak-anak saja. Orang dewasa pun mulai banyak yang suka bermain rubik. Bagi pemula, rubik yang digunakan adalah ukuran 3x3.
Permainan ini memang membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Jika salah dalam satu langkah saja, maka susunan rubik akan berubah total. Namun bukan berarti Anda tidak mungkin bisa menguasai permainan ini dalam waktu singkat. Banyak buku panduan/tutorial yang bisa Anda dapatkan secara free di internet.
Langkah-langkah bermain Rubik 3x3 untuk pemula :
  1. Buat susunan rubik dalam kondisi teracak
  2. Buat cross (tanda +) pada sisi atas untuk kubus berwarna putih
  3. Susun tepi untuk lapisan pertama
  4. Susun sudut untuk lapis pertama
  5. Susun tepi untuk lapisan kedua
  6. Susun tepi yang tersisa
  7. Atur posisi sudut yang tersisa
  8. Sesuaikan arah sudut
Tentu akan lebih mudah jika panduan tersebut ditampilkan dalam bentuk video. Bila Anda telaten mempelajari dan melatihnya, niscaya Anda akan mampu menguasai permainan rubik 3x3 dengan cepat.
 Himpunan Berpotongan
Himpunan berpotongan diberi lambang ""
Definisi
Dua himpunan A dan B disebut berpotongan dengan lambang A   B
Jika :   a. ada anggota A saja.
b. ada anggota B saja
c. ada anggota sekutu A dan B.
Untuk jelasnya perhatikan contoh dibawah ini:
Contoh
            A =   {1,2,3,4,5,6}
            B  =   {2,4,6,8,10}
            Maka hubungan A dan B adalah
            A  B. dengan diagram venn
Jelas definisi diatas dipenuhi:              
                         
Gambar
1.      Ada anggota A saja yaitu 1,3,5
2.      Ada anggota B saja yaitu 8 dan 10
3.      Ada anggota sekutu A dan B,yaitu 2,4,6


•Himpunan Tidak Saling Lepas
Definisi:
Dua himpunan yang tidak kosong dikatakan tidak saling lepas (berpotongan) jika kedua himpunan itu mempunyai anggota yang sama
Contoh :
P = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 } Q = { 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16 }
Himpunan P dan himpunan Q tidak saling lepas karena mempunyai anggota yang sama (persekutuan) yaitu 2, 4, 6, dan 8, jadi P Q

Himpunan Lepas
Definisi:
Dua himpunan yang tidak kosong dikatakan saling lepas jika kedua himpunan itu tidak mempunyai satupun anggota yang sama
Contoh : L = { 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15 } G = { 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16 }
Coba kalian perhatikan, adakah anggota himpunan L dan G yang sama ?
Karena tidak ada anggota himpunan L dan G yang sama maka himpunan L dan G adalah dua himpunan yang saling lepas, jadi L // G

TUGAS MAKALAH
PEMBELAJARAN INOVATIF
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING)


Dosen Pembimbing :
Dewi Sukriyah, Si, M. Pd.
Nama Kelompok   :
1.     M. Zailan Novianto       (1431048)
2.     Dewi Fatmawati             (1431026)
3.     Umi Masruroh               (1431083)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP PGRI SIDOARJO)
PRODI MATEMATIKA 2014 – A
TAHUN AJARAN 2015/2016


KATA PENGANTAR


Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan dan kesehatan kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam terang  benderang yang penuh dengan kerahmatan.

Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak yang mendorong dan memotivasi supaya makalah ini lebih efisien dan lebih baik. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dewi Sukriyah S.Pd, M.Pd sebagai dosen mata kuliah Belajar Inovatif. Makalah ini berisikan tentang materi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Kami dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini terjadi karena dengan kemampuan dan kedangkalan ilmu yang kami miliki. Dalam kesempatan ini  kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak yang turut membantu terselesainya makalah ini. Dan kami mohon atas kritik dan sarannya agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Terima kasih.


Sidoarjo, 25 Oktober 2015



 (Penulis)
Daftar Isi

Kata Pengantar .. ..............................................................................................  i
Daftar isi........................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan.......... .............................................................................................. 2
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian ..................................................................................................  3
2.2 Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah..................................................... 4
2.3 Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah............................ 4
2.4 Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah.......................................... 5
2.5 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah.......................... 5
2.6 Tahap – Tahapan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah........................... 7
2.7 Penilaian dan Evaluasi................................................................................ 7
2.8 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah…... 7       
BAB III Penutup
Kesimpulan ....... ..............................................................................................  9
Daftar Pustaka .. ..............................................................................................  10



BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi peserta didik. Dan dalam keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga mudah sekali peserta didik merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak paham dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran yang lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai masalah.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran ini berdasarkan pada psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat berkembang secara utuh, artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi peserta didik juga akan berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui masalah yang dihadapi.
Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan pada apa yang peserta didik pikirkan selama mereka terlibat dalam proses pembelajaran, bukan pada apa yang mereka kerjakan dalam proses pembelajaran.
Seperti halnya model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah ini menemukan akar intelektualnya dalam karya John Dewey. Di dalam Democracy and Education (1916), Dewey mendiskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk penyelidikan dan pengentasan masalah kehidupan nyata. Pedagogis Dewey mendorong guru untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai proyek berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki berbagai masalah sosial dan intelektual penting.


1.2. Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah?
2.      Bagaimanakah ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah?
3.      Apa komponen-komponen yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah?
4.      Bagaimanakah konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah?
5.      Bagaimanakah langkah-langkah serta sintaks (implementasi/pelaksanaan) dalam Pembelajaran Berbasis Masalah?
6.      Bagaimanakah penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah?
7.      Apa kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah?
      
1.3. Tujuan Masalah

1.      Mengetahui pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah.
2.      Mengidentifikasi ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah.
3.      Mengetahui fitur-fitur yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah.
4.      Mengetahui konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah.
5.      Mengetahui langkah-langkah serta sintaks (implementasi/pelaksanaan)
dalam Pembelajaran Berbasis Masalah.
6.      Mengetahui penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah.
7.      Mengidentifikasi kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis
Masalah.


















BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

          Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkanpeserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.

2.2 Ciri – Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah

1. Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian  aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

2.3 Komponen – Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah

Komponen-komponen pembelajaran berbasis masalah dikemukakan oleh Arends, diantaranya adalah :

1.      Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang sederhana.
2.      Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
3.      Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
4.      Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk bisa berupa kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
5.      Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.

2.4 Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah. Dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Model pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika :

1.      Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja, tetapi juga mengerti dan memahaminya.
2.      Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat kemampuan intelektual siswa bertambah.
3.      Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam belajarnya.
4.      Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori yang dipelajari di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas.
5.      Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat tugas secara objektif.

2.5 Langkah – Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah

John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah dalam pembelajaran berbasis masalah ini :

1.      Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan masalah tersebut.
2.      Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
3.      Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
4.      Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
5.      Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6.      Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Sedangkan menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah melalui kegiatan kelompok :

1.      Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung konflik hingga peserta didik jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini guru meminta pendapat peserta didik tentang masalah yang sedang dikaji.
2.      Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.
3.      Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas.
4.      Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dilakukan.
5.      Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.

Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :

1.      Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus dipecahkan. Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.
2.      Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan. Diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.
3.      Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.
4.      Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan memetakan serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.
5.      Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
6.      Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya.






2.6 Tahap – Tahapan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap tingkah laku guru yang harus di lakukan kepada peserta didik.

1.      Orientasi peserta didik pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
2.      Mengorganisasi peserta didik untuk belajar Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3.      Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4.      Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5.      Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

2.7 Penilaian dan Evaluasi

Prosedur-prosedur penilaian harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai dan hal yang paling utama bagi guru adalah mendapatkan informasi penilaian yang reliabel dan valid.
Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya cukup dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating scales, dan performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan ini dapat digunakan untuk mengukur potensi peserta didik untuk mengatasi masalah maupun untuk mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah baru, mendiagnosanya, dan mulai lagi proses penyelesaian baru.

2.8 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
1.      Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2.      Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
3.      Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta
     didik.
4.      Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5.      Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6.      Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.
7.      Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8.      Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9.      Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing peserta didik pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada tahapan ini adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.

Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu :

1.      Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2.      Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3.      Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.













BAB III

Kesimpulan :

·         Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
·         Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan padaproses penyelesaian masalah.
·         Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini.





























DAFTAR PUSTAKA

Wirodikromo,S. 2006. Matematika JILID 1 untuk SMA kelas X. Jakarta : Erlangga.
Suryaningrat, Widodo, dkk. 2009. Bank Soal Matematika untuk SMA kelas X, XI, dan XII. Bandung: M2S Bandung.
Burg, Oudlaan. 2010. The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning. Spring. Vol. 4, no. 2
Akmar, S. N., Sew, Lee. Integrating Problem-Based Learning (PBL) in Mathematics Method Course. Spring. Vol. 4, no. 2
Sudarman. 2007. Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah.
 Jurnal Pendidikan Inovatif. Vol. 2 no. 2. PP. 68-73
Muhson, A. 2009. Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui Penerapan Problem-Based Learning. Jurnal Kependidikan. Vol. 39, No. 2. PP. 171-182.
Suci, N. M. 2008. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 2 no. 1. PP. 74-86














Lampiran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah            :  SMK
Mata Pelajaran           : Matematika
Kelas / Semester        : X / 1 ( satu )
Jumlah Pertemuan      : 3 x Pertemuan
Alokasi Waktu           : 12 x 45 menit
Topik / Judul              Eksponen dan Logaritma

A.  KOMPETENSI INTI
1.    Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2.    Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3.    Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang  ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4.    Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B.  KOMPETENSI DASAR
1.  Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki motivasi internal , kemampuan bekerja sama, konsisten, sikap disiplin, rasa percaya diri, dan sikap toleransi dalam perbedaan strategi berpikir dalam memilih dan menerapkan strategi menyelesaikam masalah.
3. Mampu   mentransformasi diri dalam berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah, kritis dan disiplin dalam melakukan tugas belajar matematika.
4. Menunjukkan        sikap tanggungjawab, rasa ingin tahu, jujur dan perilaku peduli lingkungan.
5. Memilih dan menerapkan aturan eksponen dan logaritma sesuai dengan karakteristik permasalahan yang akan diselesaikan dan memeriksa kebenaran langkah – langkahnya.
6. Menyajikan masalah nyata menggunakan operasi aljabar berupa eksponen dan logaritma serta menyelesaikannya menggunakan sifat – sifat dan aturan yang telah terbukti kebenarannya

C. INDIKATOR  PENCAPAIAN  KOMPETENSI
1.      Terlibat aktif dalam pembelajaran eksponen dan logaritma.
2.      Bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
3.      Toleransi terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
4.      Menemukan konsep bentuk suatu bilangan berpangkat dengan pemahamannya sendiri.
5.      Menemukan rumus pangkat negative, pangkat nol, pangkat positif dan pangkat pecahan dari barisan bilangan berpangkat.
6.      Terampil menerapkan konsep / prinsip dan strategi pemecahan masalah yang berhubungan dengan eksponen atau bilangan berpangkat.
7.      Mengidentifikasi bilangan bentuk akar.
8.      Membedakan bentuk akar dan bilangan berpangkat.
9.      Menngoperasikan bilangan bentuk akar.
10.  Menemukan konsep dasar logaritma.
11.  Menenukan sifat – sifat operasi logaritma
12.  Terampil menerapkan sifat – sifat operasi logaritma dalam pemecahan masalah.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Dengan kegiatan diskusi dan pembelajaran kelompok dalam pembelajaran eksponen dan logaritma  ini  diharapkan siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan bertanggungjawab dalam menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, memberi saran dan kritik, serta dapat:
1.      Menenukan konsep bentuk suatu bilangan berpangkat dengan pemahamannya sendiri
2.      Menemukan rumus pangkat negatif,  pangkat nol, pangkat positf dan pangkat pecahan  dari barisan bilangan berpangkat
3.      Terampil menerapkan konsep / prinsip dan strategi pemecahan masalah yang berhubungan dengan eksponen atau bilangan berpangkat
4.      Mengidentifikasi bilangan bentuk akar
5.      Membedakan bentuk akar dan bilangan berpangkat
6.      Menngoperasikan bilangan bentuk akar
7.      Menemukan konsep dasar logaritma
8.      Menenukan sifat – sifat operasi logaritma
9.      Terampil menerapkan sifat – sifat operasi logaritma dalam pemecahan masalah.

E.  MATERI  AJAR
1.    Eksponen atau bilangan berpangkat
2.    Operasi pada bentuk akar
3.    Logaritma.

F.  MODEL / METODE  PEMBELAJARAN
1.    Model Pembelajaran                  :  (Problem – Based Learning)
2.    Pendekatan Pembelajaran          :  Pendekatan saintifik ( scientific ).
3.    Metode pembelajaran                :  STAD(Student  Achievement Divisions)

G.   LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
 Pertemuan 1 ( 4 x 45 menit )
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan
1.       Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran.
2.       Memeriksa  kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin..
3.       Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu mengenai .eksponen
4.       Melakukan apersepsi  dengan mengajukan pertanyaan untuk mengarahkan siswa  ke materi yang akan dipelajari.
10 menit
Kegiatan Inti
1.        Siswa melakukan pengamatan untuk mempelajari  materi cara menemukan konsep  eksponen                   (  bilangan berpangkat ) yang terdapat pada buku pegangan siswa
2.        Siswa diarahkan untuk mempelajari  cara menemukan konsep eksponen pada sumber lain yang relevan.
3.        Guru meminta siswa untuk menuliskan informasi yang terdapat dari masalah tersebut dengan menggunakan bahasa sendiri
4.        Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan yang terkait dengan cara menemukan konsep eksponen ( bilangan berpangkat ).
5.        Siswa diarahkan untuk mengajukan pertanyaan tentang hal –hal yang belum diketahui dari materi yang dipelajari.
6.        Guru membuka cakrawala penerapan konsep bilangan berpangkat  untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan bilangan berpangkat  (pangkat bulat negatif, pangkat nol , pangkat bulat pisitif dan pangkat pecahan ) sesuai dengan sifat – sifatnya.
7.        Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan tiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
8.        Tiap kelompok mendapat  tugas untuk menyelesaikan materi bilangan pangkat ( berpangkat bulat negatif, berpangkat nol, berpangkat bulat positif dan berpangkat pecahan  sesuai dengan sifat – sifatnya) yang terdapat pada lembar kerja siswa yang dibagikan oleh guru.
9.        Guru meminta siswa untuk mendiskusikan materi yang telah diberikan
10.     Selama siswa bekerja di dalam kelompok, guru memperhatikan dan mendorong semua siswa untuk terlibat diskusi, dan mengarahkan bila ada kelompok yang melenceng jauh pekerjaannya.
11.     Salah satu kelompok diskusi (tidak harus yang terbaik) diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas. Sementara kelompok lain, menanggapi dan menyempurnakan apa yang dipresentasikan.
12.     Guru mengumpulkan semua hasil diskusi tiap kelompok
12. Dengan tanya jawab, guru mengarahkan semua siswa pada kesimpulan mengenai hasil reviu eksponen (bilangan berpangkat )  berdasarkan  presentasi salah satu kelompok.
13. Guru memberikan 2 ( dua ) soal yang berkaitan dengan  bilangan berpangkat . Selanjutnya dengan tanya jawab, siswa dan guru menyelesaikan ke dua soal yang telah diberikan dengan menggunakan strategi yang tepat.
14. Guru memberikan  3 ( tiga) soal yang terkait dengan materi yang dipelajari  dengan menggunakan strategi yang tepat. Tiap siswa.
160 menit
 Penutup
1.    Siswa diminta menyimpulkan tentang bagaimana menemukan konsep bilangan berpangkat dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan berpangkat
2.    Guru memberikan tugas PR beberapa soal mengenai materi yang telah diberikan yang terdapat pada buku paket siswa.
3.    Menimformasikan kegiatan untuk pertemuan berikutnya
4.    Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan pesan untuk tetap belajar.
   10 menit

H. ALAT / MEDIA / SUMBER PEMBELAJARAN
1. Penggaris dan Lembar Kerja Siswa ( LKS )
2. Lembar Penilaian  atau buku nilai
3. Bahan tayangan / LCD
4. Buku matematika SMK Kelas X Kurikulum 2013

I.     PENILAIAN HASIL BELAJAR
1.    Teknik penilaian            :  pengamatan dan tes tertulis
2.    Prosedur penilaian         :
No
Aspek yang dinilai
Teknik Penilaian
Waktu Penilaian
1.
Sikap
a.       Terlibat aktif dalam pembelajaran bilangan berpangkat
b.       Bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
c.       Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
Pengamatan
Selama pembelajaran dan saat diskusi
2.
Pengetahuan
a.       Menjelaskan kembali Mengenai bilangan berpangkat
b.       Menyatakan  kembali konsep pemecahan masalah

Pengamatan dan tes

Penyelesaian tugas individu dan kelompok
3.
Keterampilan
a.       Terampil menerapkan konsep / prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan materi ajar.

Pengamatan

Penyelesaian tugas (baik individu maupun kelompok) dan saat diskusi