TUGAS MAKALAH
PEMBELAJARAN INOVATIF
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING)
Dosen Pembimbing :
Dewi Sukriyah, Si, M. Pd.
Nama
Kelompok :
1.
M. Zailan
Novianto (1431048)
2.
Dewi
Fatmawati (1431026)
3.
Umi Masruroh (1431083)
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP PGRI
SIDOARJO)
PRODI
MATEMATIKA 2014 – A
TAHUN
AJARAN 2015/2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan
dan kesehatan kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam terang benderang yang
penuh dengan kerahmatan.
Dalam
penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak yang mendorong dan
memotivasi supaya makalah ini lebih efisien dan lebih baik. Kami mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Dewi Sukriyah S.Pd, M.Pd sebagai dosen mata kuliah Belajar
Inovatif. Makalah ini berisikan tentang materi Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning). Kami dengan penuh kesadaran diri bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan, hal ini terjadi karena dengan kemampuan
dan kedangkalan ilmu yang kami miliki. Dalam kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan pihak yang turut
membantu terselesainya makalah ini. Dan kami mohon atas kritik dan sarannya
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Terima kasih.
Sidoarjo, 25 Oktober 2015
(Penulis)
Daftar Isi
Kata Pengantar .. .............................................................................................. i
Daftar isi........................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 2
1.3 Tujuan.......... .............................................................................................. 2
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian .................................................................................................. 3
2.2 Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis
Masalah..................................................... 4
2.3 Komponen-Komponen Pembelajaran
Berbasis Masalah............................ 4
2.4 Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis
Masalah.......................................... 5
2.5 Langkah-langkah Model Pembelajaran
Berbasis Masalah.......................... 5
2.6 Tahap – Tahapan dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah........................... 7
2.7 Penilaian dan Evaluasi................................................................................
7
2.8
Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah…... 7
BAB III Penutup
Kesimpulan ....... .............................................................................................. 9
Daftar Pustaka .. .............................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada proses
pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan pengajar yang
memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang
harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal
ini dapat mematikan potensi peserta didik. Dan dalam keadaan tersebut peserta
didik hanya mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga mudah sekali
peserta didik merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta
didik tidak paham dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis
masalah berbeda dengan model pembelajaran yang lainnya, dalam model
pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai masalah, memberikan
pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang akan
dibahas, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus
dibahas. Hal yang paling utama adalah guru menyediakan perancah atau kerangka
pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan penyelidikan dan intelegensi
peserta didik dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar peserta didik
mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model pembelajaran ini
dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan
jujur, karena kelas itu sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta
didik dalam menanggapi berbagai masalah.
Jika dilihat dari sudut pandang
psikologi belajar, model pembelajaran ini berdasarkan pada psikologi kognitif
yang berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman. Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat
berkembang secara utuh, artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi
peserta didik juga akan berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik
secara otomatis melalui masalah yang dihadapi.
Model pembelajaran berbasis masalah
mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Fokus pembelajaran
pada model ini menekankan pada apa yang peserta didik pikirkan selama mereka
terlibat dalam proses pembelajaran, bukan pada apa yang mereka kerjakan dalam
proses pembelajaran.
Seperti halnya model pembelajaran
kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah ini menemukan akar
intelektualnya dalam karya John Dewey. Di dalam Democracy and Education (1916),
Dewey mendiskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah sebagai
cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk
penyelidikan dan pengentasan masalah kehidupan nyata. Pedagogis Dewey mendorong
guru untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai proyek berorientasi masalah
dan membantu mereka menyelidiki berbagai masalah sosial dan intelektual penting.
1.2. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah
pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah?
2.
Bagaimanakah
ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah?
3.
Apa
komponen-komponen yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah?
4.
Bagaimanakah
konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah?
5.
Bagaimanakah
langkah-langkah serta sintaks (implementasi/pelaksanaan) dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah?
6.
Bagaimanakah
penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah?
7.
Apa
kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah?
1.3. Tujuan Masalah
1.
Mengetahui
pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah.
2.
Mengidentifikasi
ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah.
3.
Mengetahui
fitur-fitur yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah.
4.
Mengetahui
konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah.
5.
Mengetahui
langkah-langkah serta sintaks (implementasi/pelaksanaan)
dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah.
6.
Mengetahui
penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah.
7.
Mengidentifikasi
kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis
Masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman
John Dewey. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah
adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah
belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik
berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan
bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki,
dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa
Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah
itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam
proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik,
yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri
yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam
lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah
dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta
didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan
masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta
didik untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan.
Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada peserta didik untuk
belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih diajak untuk membentuk
suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada
pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima
pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya
disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model
pembelajaran vang, melibatkanpeserta didik untuk memecahkan suatu masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal,
pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang
dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang
akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta didik, peralatan
yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar yang menerapkan
pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di
kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal yang
berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan
pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah
jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan
dasar maupun kompleks.
2.2 Ciri – Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan
rangkaian aktivitas pembelajaran artinya
dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar
mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui
strategi pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan
masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai
kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada
proses pembelajaran.
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses
berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis
dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui
tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah
didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
2.3 Komponen – Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah
Komponen-komponen pembelajaran
berbasis masalah dikemukakan oleh Arends, diantaranya adalah :
1.
Permasalahan
autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah nyata
yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang
dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban
yang sederhana.
2.
Fokus
interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan
belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
3.
Pengamatan
autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta didik
diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan
hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi,
melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
4.
Produk.
Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk bisa berupa
kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
5.
Kolaborasi.
Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
2.4 Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah
adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah. Dalam
implementasi model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih bahan
pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Model pembelajaran
berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika :
1. Guru bertujuan agar peserta didik
tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja, tetapi juga mengerti
dan memahaminya.
2. Guru mengiginkan agar peserta didik
memecahkan masalah dan membuat kemampuan intelektual siswa bertambah.
3. Guru menginginkan agar peserta didik
dapat bertanggung jawab dalam belajarnya.
4. Guru menginginkan agar peserta didik
dapat menghubungkan antara teori yang dipelajari di dalam kelas dan kenyataan
yang dihadapinya di luar kelas.
5. Guru bermaksud mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan,
mengenal antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat
tugas secara objektif.
2.5 Langkah – Langkah Model Pembelajaran
Berbasis Masalah
John Dewey seorang ahli pendidikan
berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah dalam pembelajaran berbasis masalah
ini :
1. Merumuskan masalah. Guru membimbing
peserta didik untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran,
walaupun sebenarnya guru telah menetapkan masalah tersebut.
2. Menganalisis masalah. Langkah
peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
3. Merumuskan hipotesis. Langkah
peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki.
4. Mengumpulkan data. Langkah peserta
didik mencari dan menggambarkan berbagai informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah.
5. Pengujian hipotesis. Langkah peserta
didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan
penolakan hipotesis yang diajukan.
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan
masalah. Langkah peserta didik menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan
sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Sedangkan menurut David Johnson
& Johnson memaparkan 5 langkah melalui kegiatan kelompok :
1.
Mendefinisikan
masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung konflik
hingga peserta didik jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini guru
meminta pendapat peserta didik tentang masalah yang sedang dikaji.
2.
Mendiagnosis
masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.
3.
Merumuskan
alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui
diskusi kelas.
4.
Menentukan
& menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan tentang strategi mana
yang dilakukan.
5.
Melakukan
evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Secara
umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
1.
Menyadari
Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus dipecahkan. Kemampuan
yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik dapat menentukan atau
menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.
2.
Merumuskan
Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi
tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan.
Diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.
3.
Merumuskan
Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari masalah
yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian
masalah.
4.
Mengumpulkan
Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan
yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan memetakan
serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.
5.
Menguji
Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas
untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
6.
Menetukan
Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang
memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat
terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya.
2.6 Tahap – Tahapan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap tingkah laku guru yang harus
di lakukan kepada peserta didik.
1.
Orientasi
peserta didik pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita
untuk memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih.
2.
Mengorganisasi
peserta didik untuk belajar Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3.
Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok, Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
4.
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
5.
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, Guru membantu peserta didik untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang
mereka gunakan.
2.7 Penilaian dan Evaluasi
Prosedur-prosedur penilaian harus
disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai dan hal yang paling
utama bagi guru adalah mendapatkan informasi penilaian yang reliabel dan valid.
Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya cukup dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating scales, dan performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan ini dapat digunakan untuk mengukur potensi peserta didik untuk mengatasi masalah maupun untuk mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah baru, mendiagnosanya, dan mulai lagi proses penyelesaian baru.
Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya cukup dengan mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating scales, dan performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan ini dapat digunakan untuk mengukur potensi peserta didik untuk mengatasi masalah maupun untuk mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah baru, mendiagnosanya, dan mulai lagi proses penyelesaian baru.
2.8 Keunggulan dan Kelemahan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah
Sebagai suatu model pembelajaran,
model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
1.
Pemecahan
masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2.
Pemecahan
masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk
menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
3.
Pemecahan
masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta
didik.
4.
Pemecahan
masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka
untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5.
Pemecahan
masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya
dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6.
Melalui
pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.
7.
Pemecahan
masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8.
Pemecahan
masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9.
Pemecahan
masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus
belajar.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan
kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru
membimbing peserta didik pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang
dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh
peserta didik, pada tahapan ini adalah peserta didik dapat menentukan atau
menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
Disamping keunggulannya, model ini
juga mempunyai kelemahan, yaitu :
1.
Manakala
peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba.
2.
Keberhasilan
strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.
3.
Tanpa
pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
BAB III
Kesimpulan :
·
Pembelajaran
Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning adalah
suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah,
tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan pengetahuan baru untuk
dapat menyelesaikannya.
·
Model
pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan padaproses
penyelesaian masalah.
·
Pembelajaran
Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif,
kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk
menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang
bertambah kompleks sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA
Wirodikromo,S. 2006. Matematika
JILID 1 untuk SMA kelas X. Jakarta : Erlangga.
Suryaningrat, Widodo, dkk. 2009.
Bank Soal Matematika untuk SMA kelas X, XI, dan XII. Bandung: M2S Bandung.
Burg, Oudlaan. 2010. The
Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning. Spring. Vol. 4, no. 2
Akmar, S. N., Sew, Lee. Integrating Problem-Based Learning (PBL) in Mathematics Method Course. Spring. Vol. 4, no. 2
Akmar, S. N., Sew, Lee. Integrating Problem-Based Learning (PBL) in Mathematics Method Course. Spring. Vol. 4, no. 2
Sudarman. 2007. Problem Based
Learning : Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan dan Meningkatkan
Kemampuan Memecahkan Masalah.
Jurnal Pendidikan Inovatif. Vol. 2 no. 2. PP.
68-73
Muhson, A. 2009. Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui Penerapan Problem-Based Learning. Jurnal Kependidikan. Vol. 39, No. 2. PP. 171-182.
Muhson, A. 2009. Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui Penerapan Problem-Based Learning. Jurnal Kependidikan. Vol. 39, No. 2. PP. 171-182.
Suci, N. M. 2008. Penerapan Model
Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar
Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan. Vol. 2 no. 1. PP. 74-86
Lampiran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama
Sekolah : SMK
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : X / 1 ( satu )
Jumlah
Pertemuan : 3 x Pertemuan
Alokasi
Waktu :
12 x 45 menit
Topik / Judul : Eksponen
dan Logaritma
A. KOMPETENSI
INTI
1.
Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2.
Mengembangkan
perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan,
gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3.
Memahami,menerapkan,
menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam
ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI
DASAR
1. Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki motivasi
internal , kemampuan bekerja sama, konsisten, sikap disiplin, rasa percaya
diri, dan sikap toleransi dalam perbedaan strategi berpikir dalam memilih dan
menerapkan strategi menyelesaikam masalah.
3. Mampu mentransformasi
diri dalam berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah, kritis dan disiplin
dalam melakukan tugas belajar matematika.
4. Menunjukkan sikap
tanggungjawab, rasa ingin tahu, jujur dan perilaku peduli lingkungan.
5. Memilih dan menerapkan
aturan eksponen dan logaritma sesuai dengan karakteristik permasalahan yang
akan diselesaikan dan memeriksa kebenaran langkah – langkahnya.
6. Menyajikan masalah nyata
menggunakan operasi aljabar berupa eksponen dan logaritma serta
menyelesaikannya menggunakan sifat – sifat dan aturan yang telah terbukti
kebenarannya
C. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1.
Terlibat aktif dalam pembelajaran eksponen dan
logaritma.
2.
Bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
3.
Toleransi terhadap proses pemecahan masalah
yang berbeda dan kreatif.
4.
Menemukan konsep bentuk suatu bilangan
berpangkat dengan pemahamannya sendiri.
5.
Menemukan rumus pangkat negative, pangkat nol,
pangkat positif dan pangkat pecahan dari barisan bilangan berpangkat.
6.
Terampil
menerapkan konsep / prinsip dan strategi pemecahan masalah yang berhubungan
dengan eksponen atau bilangan berpangkat.
7.
Mengidentifikasi
bilangan bentuk akar.
8.
Membedakan
bentuk akar dan bilangan berpangkat.
9.
Menngoperasikan
bilangan bentuk akar.
10. Menemukan konsep dasar logaritma.
11. Menenukan sifat – sifat operasi logaritma
12. Terampil menerapkan sifat – sifat operasi
logaritma dalam pemecahan masalah.
D. TUJUAN
PEMBELAJARAN
Dengan kegiatan diskusi dan pembelajaran
kelompok dalam pembelajaran eksponen dan
logaritma ini diharapkan siswa terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan bertanggungjawab dalam menyampaikan pendapat,
menjawab pertanyaan, memberi saran dan kritik, serta dapat:
1. Menenukan konsep bentuk suatu bilangan
berpangkat dengan pemahamannya sendiri
2.
Menemukan
rumus pangkat negatif, pangkat nol, pangkat positf dan pangkat
pecahan dari barisan bilangan berpangkat
3.
Terampil
menerapkan konsep / prinsip dan strategi pemecahan masalah yang berhubungan
dengan eksponen atau bilangan berpangkat
4.
Mengidentifikasi
bilangan bentuk akar
5.
Membedakan
bentuk akar dan bilangan berpangkat
6.
Menngoperasikan
bilangan bentuk akar
7.
Menemukan
konsep dasar logaritma
8.
Menenukan
sifat – sifat operasi logaritma
9.
Terampil
menerapkan sifat – sifat operasi logaritma dalam pemecahan masalah.
E. MATERI AJAR
1.
Eksponen
atau bilangan berpangkat
2.
Operasi
pada bentuk akar
3.
Logaritma.
F. MODEL /
METODE PEMBELAJARAN
1.
Model
Pembelajaran : (Problem
– Based
Learning)
2.
Pendekatan
Pembelajaran : Pendekatan
saintifik ( scientific ).
3.
Metode
pembelajaran : STAD(Student Achievement
Divisions)
G. LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN
PEMBELAJARAN
Pertemuan 1 ( 4 x 45 menit )
Kegiatan
|
Deskripsi Kegiatan
|
Alokasi Waktu
|
Pendahuluan
|
1. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai
pembelajaran.
2. Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin..
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu mengenai .eksponen
4. Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan untuk
mengarahkan siswa ke materi yang akan dipelajari.
|
10 menit
|
Kegiatan Inti
|
1. Siswa melakukan pengamatan untuk mempelajari materi cara
menemukan
konsep eksponen ( bilangan
berpangkat ) yang terdapat pada buku pegangan siswa
2. Siswa diarahkan untuk mempelajari cara menemukan konsep
eksponen pada sumber lain yang relevan.
3. Guru meminta siswa untuk menuliskan informasi yang terdapat dari masalah
tersebut dengan menggunakan bahasa sendiri
4. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan yang terkait
dengan cara menemukan konsep eksponen ( bilangan berpangkat ).
5. Siswa diarahkan untuk mengajukan pertanyaan tentang hal –hal yang
belum diketahui dari materi yang dipelajari.
6. Guru membuka cakrawala penerapan konsep bilangan
berpangkat untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan bilangan
berpangkat (pangkat bulat negatif, pangkat nol , pangkat bulat
pisitif dan pangkat pecahan ) sesuai dengan sifat – sifatnya.
7. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan tiap kelompok
terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
8. Tiap kelompok mendapat tugas untuk menyelesaikan materi
bilangan pangkat ( berpangkat bulat negatif, berpangkat nol, berpangkat bulat
positif dan berpangkat pecahan sesuai dengan sifat – sifatnya)
yang terdapat pada lembar kerja siswa yang dibagikan oleh guru.
9. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan materi yang telah diberikan
10. Selama siswa bekerja di dalam kelompok, guru memperhatikan dan mendorong
semua siswa untuk terlibat diskusi, dan mengarahkan bila ada kelompok yang
melenceng jauh pekerjaannya.
11. Salah satu kelompok diskusi (tidak harus yang terbaik) diminta
untuk mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas. Sementara kelompok
lain, menanggapi dan menyempurnakan apa yang dipresentasikan.
12. Guru mengumpulkan semua hasil diskusi tiap kelompok
12. Dengan tanya jawab, guru mengarahkan semua siswa pada kesimpulan
mengenai hasil reviu eksponen (bilangan berpangkat
) berdasarkan presentasi salah satu kelompok.
13. Guru memberikan 2 ( dua ) soal yang berkaitan
dengan bilangan berpangkat . Selanjutnya dengan tanya jawab, siswa
dan guru menyelesaikan ke dua soal yang telah diberikan dengan menggunakan
strategi yang tepat.
14. Guru memberikan 3 ( tiga) soal yang terkait dengan materi
yang dipelajari dengan menggunakan strategi yang tepat. Tiap
siswa.
|
160 menit
|
Penutup
|
1. Siswa diminta menyimpulkan tentang bagaimana menemukan
konsep bilangan berpangkat dan menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan bilangan berpangkat
2. Guru memberikan tugas PR beberapa soal mengenai materi yang telah
diberikan yang terdapat pada buku paket siswa.
3. Menimformasikan kegiatan untuk pertemuan berikutnya
4. Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan pesan untuk tetap
belajar.
|
10
menit
|
H. ALAT
/ MEDIA / SUMBER PEMBELAJARAN
1. Penggaris dan Lembar Kerja Siswa ( LKS )
2. Lembar Penilaian atau buku nilai
3. Bahan tayangan / LCD
4. Buku matematika SMK Kelas X Kurikulum 2013
I. PENILAIAN HASIL BELAJAR
1.
Teknik
penilaian : pengamatan
dan tes tertulis
2.
Prosedur
penilaian :
No
|
Aspek yang dinilai
|
Teknik Penilaian
|
Waktu Penilaian
|
1.
|
Sikap
a. Terlibat aktif dalam pembelajaran bilangan berpangkat
b. Bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
c. Toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
|
Pengamatan
|
Selama pembelajaran dan
saat diskusi
|
2.
|
Pengetahuan
a. Menjelaskan kembali Mengenai bilangan berpangkat
b. Menyatakan kembali konsep pemecahan masalah
|
Pengamatan dan tes
|
Penyelesaian tugas
individu dan kelompok
|
3.
|
Keterampilan
a. Terampil menerapkan konsep / prinsip dan strategi pemecahan masalah yang
relevan yang berkaitan dengan materi ajar.
|
Pengamatan
|
Penyelesaian tugas
(baik individu maupun kelompok) dan saat diskusi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar