Senin, 18 Juli 2016

Rangkuman 
Penerapan Lesson Study dalam Pembelajaran Matematika 
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Inovatif II)




Dosen Pembimbing:
Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh:
1. Abdul Khakim Kurniawan : 1431001
2. Ahmad Hariz M. : 1431006
3. Cicinidia : 1431021
4. Indah Silvia Hadi : 1431040
5. Ristia Havadoh E. : 1431069
6. Rizky Yuniar Hakim : 1431070

STKIP PGRI SIDOARJO
Jalan Kemiri, Telp.(031) 8950181, Fax.(031) 8071354, Sidoarjo.
Website :http://stkippgri-sidoarjo.ac.id
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2016






A. Sejarah Lesson Study
    Lesson Study telah berkembang sejak abad 18 di negara Jepang. Konsep Lesson Study semakin berkembang pada tahun 1995 berkat kegiatan The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti oleh empat puluh satu negara dan ternyata dua puluh satu negara di antaranya memperoleh skor rata-rata matematika yang secara signifikan lebih tinggi dari skor rata-rata matemtika di Amerika Serikat.
    Di Indonesia, konsep Lesson Study berkembang melalui program Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project (IMSTEP) yang diimplementasikan sejak Oktober tahun 1998 di tiga IKIP
B. Pengertian Lesson Study
    Lesson Study bukan sebuah metode atau strategi pembelajaran tetapi serangkaian kegiatan pembelajaran yang dapat diterapkan di dalamnya berbagai metode atau strategi pembelajaran yang dianggap efektif dan sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan faktual yang dihadapi guru di dalam kelas, dan Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah berakhir (continuous improvement), alias inovasi yang tiada henti.
C. Ciri-Ciri Lesson Study
1. Tujuan bersama untuk jangka panjang.
2. Materi pelajaran yang penting.
3. Studi tentang siswa secara cermat.
4. Observasi pembelajaran secara langsung.
D. Prinsip-Prinsip Lesson Study
1. Diusahakan adanya kegiatan hands-on dan mind-on selama pembelajaran tersebut berlangsung,
2. Pembelajaran diusahakan dapat menyentuh permasalahan yang berhubungan dengan hidupan sehari-hari siswa,
3. Perencanaan pembelajaran tersebut mencoba mengembangkan media pembelajaran yang berbasis local materials.
E. Tahapan Kegiatan Lesson Study
Lesson Study terdiri dari 3 tahapan yaitu: perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see).
F. Keunggulan dan Kelemahan Lesson Study
1. Keunggulan Lesson Study
a. Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya
b. Meningkatkan mutu guru dan mutu pembelajaran yang pada gilirannya berakibat pada peningkatan mutu lulusan
c. Memperbaiki praktek pembelajaran di kelas
d. Meningkatkan kolaborasi antar sesama guru dalam pembelajaran
2. Kelemahan Lesson Study
a. Kurangnya pemahaman dan komitmen guru mengenai apa, mengapa, dan bagaimana melaksanakannya.
b. Kurang terbiasa mengembangkan budaya saling belajar

RANGKUMAN
PEMBELAJARAN INOVATIF II
MATERI SAINTIFIK



Dosen Pembimbing
Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.

Nama Kelompok 1 :
1. Aisyah Diniyatul Hikmah (1431007)
2. Bhakti Dewi Prasidha (1431018)
3. Estu Yen Retno Asun (1431032)
4. Mochamad Hanafi W (1431051)
5. Umi Masruroh (1431083)




SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP PGRI SIDOARJO)
PRODI MATEMATIKA
TAHUN AJARAN 2016


PENDEKATAN SAINTIFIK

A. SEJARAH METODE SCIENTIFIC
    Metode scientific pertama kali diperkenalkan ke ilmu pendidikan Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada metode laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah (Hudson, 1996; Rudolph, 2005).

B. PENGERTIAN PENDEKATAN SAINTIFIK
    Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, menalar, mencoba/mencipta, menyajikan/mengkomunikasikan.

C. DEFINISI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
    Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, prinsip, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
    Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan.

D. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa.
2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
4. Dapat mengembangkan karakter siswa.

E. TUJUAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
6. Untuk mengembangkan karakter siswa.

F. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Pembelajaran berpusat pada siswa.
2. Pembelajaran membentuk students’ self concept.
3. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
4. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.
5. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.

G. KELEBIHAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

H. KEKURANGAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Konsep pendekatan saintifik masih belum dipahami, apalagi tentang metode pembelajaran yang kurang aplikatif disampaikan.
2. Membutuhkan waktu pembelajaran yang lebih lama untuk mewujudkan semua tahapan-tahapan yang ada pada pendekatan saintifik.



I. LANGKAH-LANGKAH UMUM  PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Mengamati (observing)
2. Menanya (Questioning)
3. Menalar (Associating)
4. Mencoba (Experimenting)
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
c. Tindak Lanjut
5. Mengkomunikasikan (Networking)

J. PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN
a. Kegiatan pendahuluan
b. Kegiatan inti
c. Kegiatan penutup

K. CONTOH PENGGUNAAN 5M DARI PEMBELAJARAN SAINTIFIK KEDALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
o Kita ambil materi mengenai jaring-jaring kubus.
o Bagi peserta didik menjadi 5 kelompok dan beri nama kelompok A B C D dan E.
o Setelah itu, bagikan masing-masing kelompok 2 buah kubus yang sama.
o Dan kita meminta mereka untuk menggunting ruas-ruas garis pada sisi kubus tersebut tapi, jangan sampai ruas-ruas garis itu putus.
   
    contoh penggunaan 5M pada proses belajar mengajar tersebut
1. Mengamati
2. Menanya
3. Mencoba
4. Mengolah
5. Mempresentasikan

Minggu, 17 Juli 2016

Rangkuman
Pembelajaran Inovatif II
“Contextual Teaching and Learning (CTL)”


Dosen Pembimbing:
Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.
Oleh:
1. Citra Windihyanti F. (1431022)
2. Dewi Fatmawati (1431026)
3. Lukmanul Hakim (1431044)
4. Sigit Prasetiyo (1431075)
5. Afifatuz Zakkiyah (1431090)

STKIP PGRI SIDOARJO
Jalan Kemiri, Telp.(031) 8950181, Fax.(031) 8071354, Sidoarjo.
Website : http://stkippgri-sidoarjo.ac.id
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2016

Contextual Teaching and Learning (CTL)

1. Pengertian
CTL adalah konsep pembelajaran yang melibatkan siswa untuk melihat makna di dalam materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

2. Sejarah
CTL telah jauh dikembangkan oleh ahli-ahli pendidikan dan bukan barang baru, salah satunya adalah John Dewey, seperti dikatakan Dewey bahwa model pembelajaran ini dikembangkannya pada tahun 1916, yang ia sebut dengan Learning by doing ini era tahun 1916, kemudian tahun 1970-an konsep model pembelajaran kontekstual ini lebih dikenal dengan experiential learning, kemudian pada era tahun 1970-1980 lebih dikenal dengan applied learning, pada tahun 1990-an model kontekstual ini dikenal dengan school to work. Kemudian pada era tahun 2000-an, model kontekstual ini lebih efektif digunakan.

3. Karakteristik
Sofyan dan Amiruddin (2007: 16) mengemukakan bahwa karakteristik pembelajaran CTL yaitu: (1) Kerjasama; (2) Saling menunjang; (3) Menyenangkan, tidak membosankan; (4) Belajar dengan bergairah; (5) Pembelajaran terintegrasi; (6) Menggunakan berbagai sumber; (7) Peserta didik aktif; (8) Sharing dengan teman; dan (9) Peserta didik kritis dan kreatif.

4. Prinsip-Prinsip
Menurut Johnson (2008:69) ada tiga prinsip ilmiah dalam CTL  yaitu:
1) Prinsip Kesaling-bergantungan
2) Prinsip Diferensiasi
3) Prinsip Pengaturan Diri


5. Kelebihan dan Kekurangan
Rusman (2011: 199) mengemukakan keunggulan pembelajaran CTL, sebagai berikut:
a. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang baru dimilikinya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik yang diajarkan.
c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
d. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab dan lain sebagainya.
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.
f. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
g. Melakukan penelian secara objektif, yaitu penilaian kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.
Di samping memiliki keunggulan, pembelajaran dengan menggunakan CTL juga memiliki kelemahan antara lain, bagi guru kelas, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami secara mendalam dan komprehensif tentang,
a. Konsep pembelajaran dengan menggunakan CTL itu sendiri, dimana guru harus menyiapkan pembelajaran sesuai dengan sintaks-sintaks CTL.
b. Pontensi individual siswa dikelas, dimana guru harus bisa menciptakan masyarakat belajar di dalam menerapkan model pembelajaran CTL.
c. Beberapa pendekatan dalam pembelajaran yang berorientasi kepada aktivitas siswa, dimana guru harus lebih menampilkan aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran CTL.
d. Sarana, media, alat bantu serta kelengkapan pembelajaran yang menunjang aktivitas siswa dalam belajar, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam hal membuat media, alat bantu serta kelengkapan pembelajaran.
Sedangkan bagi siswa diperlukan kemampuan tentang inisiatif dan kreatifitas dalam belajar, memiliki wawasan pengetahuan yang memadai dari setiap mata pelajaran, adanya perubahan sikap dalam menghadapi persoalan dan memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas.

6. Langkah-langkah
1. Pendahuluan
2. Kegiatan Inti
3. Penutup


Jumat, 15 Juli 2016

pembelajaran inovatif II Materi Pembelajaran Quantum Learning

Rangkuman Pembelajaran Inovatif II

PEMBELAJARAN INOVATIF II
MATERI METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING





Dosen Pembimbing
Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.

Nama Kelompok 1 :
1.     Aisyah Diniyatul Hikmah       (1431007)
2.     Bhakti Dewi Prasidha             (1431018)
3.     Estu Yen Retno Asun              (1431032)
4.     Mochamad Hanafi W              (1431051)
5.     Umi Masruroh                         (1431083)


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP PGRI SIDOARJO)
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
TAHUN AJARAN 2016




METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING

Sejarah
Pada awal abad duapuluh, Dewey (dalam Aunurrahmah, 2009: 4-5) menyatakan bahwa belajar berasal dari pengalaman dan keterlibatan aktif oleh para pelajar. Maksudnya telah banyak ditemukan sejak diketahui bahwa bagaimana anak-anak itu belajar matematika, tetapi pengalaman merupakan hal yang sangat penting dan tidak tergantikan oleh keterlibatan aktif para pelajar.

Pengertian
Pembelajaran Quantum Learning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang mengedepankan keaktifan, kebermaknaan serta suasana lingkungan yang menyenangkan.

Karakteristik
  1. Pembelajaran Quantum Learning berpangkal pada psikologi kognitif
  2. Pembelajaran Quantum Learning lebih bersifat humanis
  3. Pembelajaran Quantum Learning lebih bersifat konstruktivistis
  4. Pembelajaran Quantum Learning memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna
  5. Pembelajaran Quantum Learning sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi
  6. Pembelajaran Quantum Learning sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran
  7. Pembelajaran Quantum Learning sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran
  8. Pembelajaran Quantum Learning memiliki model yang memudahkan konteks dan isi pembelajaran
  9. Pembelajaran Quantum Learning memusatkan perhatian pada pembentukan ketrampilan akademis, ketrampilan hidup dan prestasi fisikal atau material
  10. Pembelajaran Quantum Learning menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran
  11. Pembelajaran Quantum Learning mengutamakan keberagaman dan kebebasan
  12. Pembelajaran Quantum Learning mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran

Prinsip-Prinsip
  1. Segalanya Berbicara
  2. Segalanya bertujuan
  3. Pengalaman sebelum pemberian nama
  4. Akui setiap usaha
  5. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.

Kelebihan
  1. Dapat membimbing peserta didik kearah berfikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama
  2. Karena Quantum Learning lebih melibatkan siswa, maka saat proses pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti
  3. Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak
  4. Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan
  5. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan dapatmencoba melakukannya sendiri
  6. Karena model pembelajaran Quantum Learning membutuhkan kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa untuk belajar, maka secara tidak langsung guru terbiasa untuk berfikir kreatif setiap harinya
  7. Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh siswa.

Kekurangan
  1. Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain
  2. Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik
  3. Karena dalam metode ini ada perayaan untuk menghormati usaha seseorang siswa baik berupa tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian dll. Maka dapat mengganggu kelas lain
  4. Banyak memakan waktu dalam hal persiapan
  5. Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang hal itu, proses pembelajaran tidak akan efektif
  6. Agar belajar dengan model pembelajaran ini mendapatkan hal yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran. Namun kadang-kadang ketelitian dan kesabaran itu diabaikan. Sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya.

Kerangka Rancangan Belajar Quantum Learning
  1. Tumbuhkan, tumbuhkan minat dengan memasukan “Apakah Manfaatnya Bagiku” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar.
  2. Alami, ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar.
  3. Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi; sebuah “masukan”.
  4. Demonstrasikan, sediakan kesempatan bagi para pelajar untuk “menunjukan bahwa mereka tahu”.
  5. Ulangi, tunjukan kepada siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “aku tahu bahwa memang aku tahu ini”.
  6. Rayakan, pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi dan pemerolehan ketrampilan dan ilmu pengetahuan.