Senin, 18 Juli 2016

Rangkuman 
Penerapan Lesson Study dalam Pembelajaran Matematika 
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Inovatif II)




Dosen Pembimbing:
Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh:
1. Abdul Khakim Kurniawan : 1431001
2. Ahmad Hariz M. : 1431006
3. Cicinidia : 1431021
4. Indah Silvia Hadi : 1431040
5. Ristia Havadoh E. : 1431069
6. Rizky Yuniar Hakim : 1431070

STKIP PGRI SIDOARJO
Jalan Kemiri, Telp.(031) 8950181, Fax.(031) 8071354, Sidoarjo.
Website :http://stkippgri-sidoarjo.ac.id
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2016






A. Sejarah Lesson Study
    Lesson Study telah berkembang sejak abad 18 di negara Jepang. Konsep Lesson Study semakin berkembang pada tahun 1995 berkat kegiatan The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti oleh empat puluh satu negara dan ternyata dua puluh satu negara di antaranya memperoleh skor rata-rata matematika yang secara signifikan lebih tinggi dari skor rata-rata matemtika di Amerika Serikat.
    Di Indonesia, konsep Lesson Study berkembang melalui program Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project (IMSTEP) yang diimplementasikan sejak Oktober tahun 1998 di tiga IKIP
B. Pengertian Lesson Study
    Lesson Study bukan sebuah metode atau strategi pembelajaran tetapi serangkaian kegiatan pembelajaran yang dapat diterapkan di dalamnya berbagai metode atau strategi pembelajaran yang dianggap efektif dan sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan faktual yang dihadapi guru di dalam kelas, dan Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah berakhir (continuous improvement), alias inovasi yang tiada henti.
C. Ciri-Ciri Lesson Study
1. Tujuan bersama untuk jangka panjang.
2. Materi pelajaran yang penting.
3. Studi tentang siswa secara cermat.
4. Observasi pembelajaran secara langsung.
D. Prinsip-Prinsip Lesson Study
1. Diusahakan adanya kegiatan hands-on dan mind-on selama pembelajaran tersebut berlangsung,
2. Pembelajaran diusahakan dapat menyentuh permasalahan yang berhubungan dengan hidupan sehari-hari siswa,
3. Perencanaan pembelajaran tersebut mencoba mengembangkan media pembelajaran yang berbasis local materials.
E. Tahapan Kegiatan Lesson Study
Lesson Study terdiri dari 3 tahapan yaitu: perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see).
F. Keunggulan dan Kelemahan Lesson Study
1. Keunggulan Lesson Study
a. Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya
b. Meningkatkan mutu guru dan mutu pembelajaran yang pada gilirannya berakibat pada peningkatan mutu lulusan
c. Memperbaiki praktek pembelajaran di kelas
d. Meningkatkan kolaborasi antar sesama guru dalam pembelajaran
2. Kelemahan Lesson Study
a. Kurangnya pemahaman dan komitmen guru mengenai apa, mengapa, dan bagaimana melaksanakannya.
b. Kurang terbiasa mengembangkan budaya saling belajar

RANGKUMAN
PEMBELAJARAN INOVATIF II
MATERI SAINTIFIK



Dosen Pembimbing
Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.

Nama Kelompok 1 :
1. Aisyah Diniyatul Hikmah (1431007)
2. Bhakti Dewi Prasidha (1431018)
3. Estu Yen Retno Asun (1431032)
4. Mochamad Hanafi W (1431051)
5. Umi Masruroh (1431083)




SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP PGRI SIDOARJO)
PRODI MATEMATIKA
TAHUN AJARAN 2016


PENDEKATAN SAINTIFIK

A. SEJARAH METODE SCIENTIFIC
    Metode scientific pertama kali diperkenalkan ke ilmu pendidikan Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada metode laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah (Hudson, 1996; Rudolph, 2005).

B. PENGERTIAN PENDEKATAN SAINTIFIK
    Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, menalar, mencoba/mencipta, menyajikan/mengkomunikasikan.

C. DEFINISI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
    Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, prinsip, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
    Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan.

D. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa.
2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
4. Dapat mengembangkan karakter siswa.

E. TUJUAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
6. Untuk mengembangkan karakter siswa.

F. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Pembelajaran berpusat pada siswa.
2. Pembelajaran membentuk students’ self concept.
3. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
4. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.
5. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.

G. KELEBIHAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

H. KEKURANGAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Konsep pendekatan saintifik masih belum dipahami, apalagi tentang metode pembelajaran yang kurang aplikatif disampaikan.
2. Membutuhkan waktu pembelajaran yang lebih lama untuk mewujudkan semua tahapan-tahapan yang ada pada pendekatan saintifik.



I. LANGKAH-LANGKAH UMUM  PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
1. Mengamati (observing)
2. Menanya (Questioning)
3. Menalar (Associating)
4. Mencoba (Experimenting)
a. Persiapan
b. Pelaksanaan
c. Tindak Lanjut
5. Mengkomunikasikan (Networking)

J. PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN
a. Kegiatan pendahuluan
b. Kegiatan inti
c. Kegiatan penutup

K. CONTOH PENGGUNAAN 5M DARI PEMBELAJARAN SAINTIFIK KEDALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
o Kita ambil materi mengenai jaring-jaring kubus.
o Bagi peserta didik menjadi 5 kelompok dan beri nama kelompok A B C D dan E.
o Setelah itu, bagikan masing-masing kelompok 2 buah kubus yang sama.
o Dan kita meminta mereka untuk menggunting ruas-ruas garis pada sisi kubus tersebut tapi, jangan sampai ruas-ruas garis itu putus.
   
    contoh penggunaan 5M pada proses belajar mengajar tersebut
1. Mengamati
2. Menanya
3. Mencoba
4. Mengolah
5. Mempresentasikan

Minggu, 17 Juli 2016

Rangkuman
Pembelajaran Inovatif II
“Contextual Teaching and Learning (CTL)”


Dosen Pembimbing:
Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.
Oleh:
1. Citra Windihyanti F. (1431022)
2. Dewi Fatmawati (1431026)
3. Lukmanul Hakim (1431044)
4. Sigit Prasetiyo (1431075)
5. Afifatuz Zakkiyah (1431090)

STKIP PGRI SIDOARJO
Jalan Kemiri, Telp.(031) 8950181, Fax.(031) 8071354, Sidoarjo.
Website : http://stkippgri-sidoarjo.ac.id
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2016

Contextual Teaching and Learning (CTL)

1. Pengertian
CTL adalah konsep pembelajaran yang melibatkan siswa untuk melihat makna di dalam materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

2. Sejarah
CTL telah jauh dikembangkan oleh ahli-ahli pendidikan dan bukan barang baru, salah satunya adalah John Dewey, seperti dikatakan Dewey bahwa model pembelajaran ini dikembangkannya pada tahun 1916, yang ia sebut dengan Learning by doing ini era tahun 1916, kemudian tahun 1970-an konsep model pembelajaran kontekstual ini lebih dikenal dengan experiential learning, kemudian pada era tahun 1970-1980 lebih dikenal dengan applied learning, pada tahun 1990-an model kontekstual ini dikenal dengan school to work. Kemudian pada era tahun 2000-an, model kontekstual ini lebih efektif digunakan.

3. Karakteristik
Sofyan dan Amiruddin (2007: 16) mengemukakan bahwa karakteristik pembelajaran CTL yaitu: (1) Kerjasama; (2) Saling menunjang; (3) Menyenangkan, tidak membosankan; (4) Belajar dengan bergairah; (5) Pembelajaran terintegrasi; (6) Menggunakan berbagai sumber; (7) Peserta didik aktif; (8) Sharing dengan teman; dan (9) Peserta didik kritis dan kreatif.

4. Prinsip-Prinsip
Menurut Johnson (2008:69) ada tiga prinsip ilmiah dalam CTL  yaitu:
1) Prinsip Kesaling-bergantungan
2) Prinsip Diferensiasi
3) Prinsip Pengaturan Diri


5. Kelebihan dan Kekurangan
Rusman (2011: 199) mengemukakan keunggulan pembelajaran CTL, sebagai berikut:
a. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang baru dimilikinya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik yang diajarkan.
c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
d. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab dan lain sebagainya.
e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.
f. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
g. Melakukan penelian secara objektif, yaitu penilaian kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.
Di samping memiliki keunggulan, pembelajaran dengan menggunakan CTL juga memiliki kelemahan antara lain, bagi guru kelas, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami secara mendalam dan komprehensif tentang,
a. Konsep pembelajaran dengan menggunakan CTL itu sendiri, dimana guru harus menyiapkan pembelajaran sesuai dengan sintaks-sintaks CTL.
b. Pontensi individual siswa dikelas, dimana guru harus bisa menciptakan masyarakat belajar di dalam menerapkan model pembelajaran CTL.
c. Beberapa pendekatan dalam pembelajaran yang berorientasi kepada aktivitas siswa, dimana guru harus lebih menampilkan aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran CTL.
d. Sarana, media, alat bantu serta kelengkapan pembelajaran yang menunjang aktivitas siswa dalam belajar, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam hal membuat media, alat bantu serta kelengkapan pembelajaran.
Sedangkan bagi siswa diperlukan kemampuan tentang inisiatif dan kreatifitas dalam belajar, memiliki wawasan pengetahuan yang memadai dari setiap mata pelajaran, adanya perubahan sikap dalam menghadapi persoalan dan memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas.

6. Langkah-langkah
1. Pendahuluan
2. Kegiatan Inti
3. Penutup


Jumat, 15 Juli 2016

pembelajaran inovatif II Materi Pembelajaran Quantum Learning

Rangkuman Pembelajaran Inovatif II

PEMBELAJARAN INOVATIF II
MATERI METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING





Dosen Pembimbing
Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.

Nama Kelompok 1 :
1.     Aisyah Diniyatul Hikmah       (1431007)
2.     Bhakti Dewi Prasidha             (1431018)
3.     Estu Yen Retno Asun              (1431032)
4.     Mochamad Hanafi W              (1431051)
5.     Umi Masruroh                         (1431083)


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP PGRI SIDOARJO)
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
TAHUN AJARAN 2016




METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING

Sejarah
Pada awal abad duapuluh, Dewey (dalam Aunurrahmah, 2009: 4-5) menyatakan bahwa belajar berasal dari pengalaman dan keterlibatan aktif oleh para pelajar. Maksudnya telah banyak ditemukan sejak diketahui bahwa bagaimana anak-anak itu belajar matematika, tetapi pengalaman merupakan hal yang sangat penting dan tidak tergantikan oleh keterlibatan aktif para pelajar.

Pengertian
Pembelajaran Quantum Learning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang mengedepankan keaktifan, kebermaknaan serta suasana lingkungan yang menyenangkan.

Karakteristik
  1. Pembelajaran Quantum Learning berpangkal pada psikologi kognitif
  2. Pembelajaran Quantum Learning lebih bersifat humanis
  3. Pembelajaran Quantum Learning lebih bersifat konstruktivistis
  4. Pembelajaran Quantum Learning memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna
  5. Pembelajaran Quantum Learning sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi
  6. Pembelajaran Quantum Learning sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran
  7. Pembelajaran Quantum Learning sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran
  8. Pembelajaran Quantum Learning memiliki model yang memudahkan konteks dan isi pembelajaran
  9. Pembelajaran Quantum Learning memusatkan perhatian pada pembentukan ketrampilan akademis, ketrampilan hidup dan prestasi fisikal atau material
  10. Pembelajaran Quantum Learning menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran
  11. Pembelajaran Quantum Learning mengutamakan keberagaman dan kebebasan
  12. Pembelajaran Quantum Learning mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran

Prinsip-Prinsip
  1. Segalanya Berbicara
  2. Segalanya bertujuan
  3. Pengalaman sebelum pemberian nama
  4. Akui setiap usaha
  5. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.

Kelebihan
  1. Dapat membimbing peserta didik kearah berfikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama
  2. Karena Quantum Learning lebih melibatkan siswa, maka saat proses pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti
  3. Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak
  4. Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan
  5. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan dapatmencoba melakukannya sendiri
  6. Karena model pembelajaran Quantum Learning membutuhkan kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa untuk belajar, maka secara tidak langsung guru terbiasa untuk berfikir kreatif setiap harinya
  7. Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh siswa.

Kekurangan
  1. Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain
  2. Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik
  3. Karena dalam metode ini ada perayaan untuk menghormati usaha seseorang siswa baik berupa tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian dll. Maka dapat mengganggu kelas lain
  4. Banyak memakan waktu dalam hal persiapan
  5. Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang hal itu, proses pembelajaran tidak akan efektif
  6. Agar belajar dengan model pembelajaran ini mendapatkan hal yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran. Namun kadang-kadang ketelitian dan kesabaran itu diabaikan. Sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya.

Kerangka Rancangan Belajar Quantum Learning
  1. Tumbuhkan, tumbuhkan minat dengan memasukan “Apakah Manfaatnya Bagiku” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar.
  2. Alami, ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar.
  3. Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi; sebuah “masukan”.
  4. Demonstrasikan, sediakan kesempatan bagi para pelajar untuk “menunjukan bahwa mereka tahu”.
  5. Ulangi, tunjukan kepada siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “aku tahu bahwa memang aku tahu ini”.
  6. Rayakan, pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi dan pemerolehan ketrampilan dan ilmu pengetahuan.

Senin, 18 April 2016

Tanda - Tanda Mati yang diberitahukan oleh Allah

TANDA – TANDA ORANG YANG AKAN MATI

Gusti Alloh telah memberi tanda kematian seorang muslim sejak 100 hari, 40 hari, 7 hari, 3 hari dan 1 hari menjelang kematian.
Tanda 100 hari menjelang ajal:
Selepas waktu Ashar (Di waktu Ashar karena pergantian dari terang ke gelap), kita merasa dari ujung rambut sampai kaki menggigil, getaran yang sangat kuat, lain dari biasanya, Bagi yang menyadarinya akan terasa indah di hati, namun yang tidak mnyadari, tidak ada pengaruh apa - apa.

Tanda 40 hari menjelang kematian:
Selepas Ashar, jantung berdenyut - denyut. Daun yang bertuliskan nama kita di lauh mahfudz akan gugur. Malaikat maut akan mengambil daun kita dan mulai mengikuti perjalanan kita sepanjang hari.

Tanda 7 hari menjlang ajal:
Akan diuji dengan sakit, orang sakit biasanya tidak selera makan, tapi dengan sakit ini tiba - tiba menjadi berselera meminta makanan ini dan itu.

Tanda 3 hari menjelang ajal:
Terasa denyutan ditengah dahi. Jika tanda ini dirasa, maka berpuasalah kita, agar perut kita tidak banyak najis dan memudahkan urusan orang yang memandikan kita nanti.

Tanda 1 hari sblm kematian:
Di waktu Ashar, kita merasa 1 denyutan di ubun - ubun, menandakan kita tidak sempat menemui Ashar besok harinya. Bagi yang khusnul khotimah akan merasa sejuk di bagian pusar, kemudian ke pinggang lalu ketenggorokan, maka dalam kondisi ini hendaklah kita mengucapkan 2 kalimat syahadat.

Ketahuilah, Imam Al-Ghazali, mengetahui kematiannya..
Beliau menyiapkan sendiri keperluannya, beliau sudah mandi dan wudhu, meng-kafani dirinya, kecuali bagian wajah yg blm ditutup, Beliau memanggil saudaranya Imam Ahmad untuk menutup wajahnya.
SubhanAllah.

Malaikat maut akan menampakkan diri pada orang - orang yang terpilih, dan semoga kita menjadi hamba yang terpilih dan siap menerima kematian kapanpun dan di manapun kita berada. Aamiin.



Amalku – amalku, amalmu – amalmu...
Temanku – temanku, temanmu – temanmu...
Dosaku – dosaku, dosamu – dosamu...
Hartaku – hartaku, hartamu – hartamu, aku hanya kebagian rizki dari yang dititipkan Sang Pemilik Kekayaan dari orang yang ikhlas tergerak memberiku tanpa kuminta atau mengemis...
Jika ada hakku, rizkiku tidak akan diambil orang lain... yang punya ilmu itu Allah... yang punya harta kekayaan itu Allah ... bukan kamu yang memberi, bukan kamu yang telah membantu, INGAT! jika engkau selesaikan dunianya manusia atas nama kasihan tapi batinnya tidak engkau rubah untuk lebih mencintai Allah berarti engkau telah memberi makan, minum dan nafsu binatangnya...
Jadikan keluargamu, kekasihmu, sahabatmu kepada ketenangan hidup dan kesyukuran nikmat ... Ajari mereka Akhlaq dan Adab jangan mengaku – aku dan jangan merasa di benci, dan jangan ada benci, caci maki, jangan membuat susah hati diri, dan hati orang lain.
berprasangka baiklah atas segala sesuatu ... — di Al fatihah.




Kamis, 14 April 2016

TUGAS MAKALAH
PEMBELAJARAN INOVATIF II
MATERI SAINTIFIK



Dosen Pembimbing
Lestariningsih, S.Pd., M.Pd.

Nama Kelompok 1 :
1.     Aisyah Diniyatul Hikmah       (1431007)
2.     Bhakti Dewi Prasidha             (1431018)
3.     Estu Yen Retno Asun              (1431032)
4.     Mochamad Hanafi W              (1431051)
5.     Umi Masruroh                         (1431083)




SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP PGRI SIDOARJO)
PRODI MATEMATIKA
TAHUN AJARAN 2016


A.    SEJARAH METODE SCIENTIFIC
     Metode scientific pertama kali diperkenalkan ke ilmu pendidikan Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada metode laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah (Hudson, 1996; Rudolph, 2005). Metode scientific ini memiliki karakteristik “doing science”.  Hal inilah yang menjadi dasar dari pengembangan kurikulum 2013 di Indonesia.

B.     PENGERTIAN PENDEKATAN SAINTIFIK
      Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri  bahwa pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, menalar, mencoba/mencipta, menyajikan/mengkomunikasikan. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

C.    DEFINISI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
      Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami  berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber  melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
     Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.

D.    KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1)      Berpusat pada siswa.
2)      Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
3)      Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
4)      Dapat mengembangkan karakter siswa.

E.     TUJUAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
     Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:
1)      Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2)      Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3)      Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4)      Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5)      Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
6)      Untuk mengembangkan karakter siswa.

F.     PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Beberapa prinsip  pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: 
1)      Pembelajaran berpusat pada siswa.
2)      Pembelajaran membentuk students’ self concept.
3)      Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
4)      Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.
5)      Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
6)      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.



G.    KELEBIHAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Kelebihan Pendekatan Saintifik adalah :
1.      Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2.      Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

H.    KEKURANGAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Kekurangan Pendekatan Saintifik adalah :
1.      Konsep pendekatan saintifik masih belum dipahami, apalagi tentang metode pembelajaran yang kurang aplikatif disampaikan.
2.      Membutuhkan waktu pembelajaran yang lebih lama untuk mewujudkan semua tahapan-tahapan yang ada pada pendekatan saintifik.

I.       LANGKAH-LANGKAH UMUM  PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik) (Kemdikbud. 2013aPendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran. Jakarta: Pusbangprodik).
 Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan saintifik  dalam pembelajaran disajikan  sebagai berikut:
1.      Mengamati (observing)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam (Permendikbud Nomor  81a), hendaklah  guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

2.      Menanya (Questioning)
Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan, pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam (Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013), adalah  mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang diharapkan dalam menanya adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Mengumpulkan Informasi Kegiatan “mengumpulkan informasi”  merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan  dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam (Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013) aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan  melalui eksperimen,  membaca sumber lain selain buku teks,  mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Kompetensi yang diharapkan adalah  mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

3.      Menalar (Associating)
Kegiatan “mengasosiasi/mengolah informasi/menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam (Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013) adalah memproses  informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan  informasi tersebut. Kompetensi yang diharapkan adalah  mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.  Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori.
Kegiatan menyimpulkan  dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan  mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau  secara individual membuat kesimpulan.

4.      Mencoba (Experimenting)
Mencoba (experimenting) dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:
(1)   Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum;
(2)   Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan;
(3)   Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil- hasil eksperimen sebelumnya;
(4)   Melakukan dan mengamati percobaan;
(5)   Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;
(6)   Menarik simpulan atas hasil percobaan; dan
(7)   Membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka:
(1)   Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid,
(2)   Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan,
(3)   Perlu memperhitungkan tempat dan waktu,
(4)   Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid,
(5)   Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen,
(6)   Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan
(7)   Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan eksperimen atau mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini.
a.      Persiapan
Menetapkan tujuan eksperimen  Mempersiapkan alat atau bahan. Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didik serta alat atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu menimbang apakah peserta didik akan melaksanakan eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi beberapa kelompok secara paralel atau bergiliran. Mempertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindari risiko yang mungkin timbul. Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa- tahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal yang dilarang atau membahayakan (Buku Pelatihan Implementasi Kurikulum: 208).

b.      Pelaksanaan
Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing dan mengamati proses percobaan. Di sini guru harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil dengan baik. Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membantu mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.

c.       Tindak lanjut
Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru. Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik. Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen. Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen. Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat yang digunakan.

5.      Mengkomunikasikan (Networking)
Pada pendekatan scientific, guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam (Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013) adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

J.      PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN
Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Kegiatan pendahuluan, bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir. Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut, sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan.
Kegiatan inti, merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka.
Kegiatan penutup, ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa.

K.    PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII SMP MATERI PECAHAN
Scientific Mathematic merupakan proyek Eropa yang melibatkkan kerjasama interdisiplinary antara matematika dan ilmu pengetahuan. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan pembelajaran ke arah belajar yang komprehensif dan multidimensional mengenai isi dan konsep matematika. Ide dasarnya adalah untuk mendorong pembelajaran matematika dalam konteks ilmiah dan kegiatan siswa (Beckmann, 2009: 9). Kemudian disebutkan bahwa pendekatan ini mengaitkan antara matematika dengan ilmu pengetahuan, sehingga siswa akan mempelajari matematika dengan cara yang menarik. Belajar dengan berkegiatan akan berkontribusi terhadap pemahaman intuitif matematika siswa. Dengan kata lain, belajar matematika yang baik adalah mengalami atau berkegiatan.
Pada pembelajaran matematika, langkah – langkah pendekatan scientific ini terdiri dari pengumpulan data dari percobaan, pengembangan dan peyelidikan suatu model matematika dalam bentuk representasi yang berbeda, dan refleksi (Beckmann et al, 2009: 9). Pendekatan scientific pada kurikulum 2013 yang diterapkan di Indonesia menjabarkan langkah-langkah pembelajaran tersebut menjadi lima, yaitu: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013).
Contoh 1.
1.      Perhatikan gambar berikut;


Ibu mempunyai pizza seperti pada gambar yang akan dibagikan kepada 4 orang anaknya.
(mengamati dan mengkomunikasikan)
a.       Apa yang akan dilakukan anak ketika melihat pizza sudah terbagi menjadi 4 bagian seperti pada gambar !

2.      Perhatikan gambar – gambar berikut !
   



Dalam tas Mira terdapat 4 buah pulpen, 2 buah buku, dan 6 buah pensil seperti pada gambar di atas.
(mengumpulkan dan mengolah data)
a.       Jika Ani meminjam 1 buah buku dan 2 buah pulpen, maka dapatkah kamu menuliskan berapa bagian buku dan pulpen yang dipinjam Arya dari Mira !

Contoh 2.
Teorema Pythagoras
1.    Memahami Teorema Pythagoras
2.    Menemukan hubungan antar panjang sisi pada segitiga khusus
3.    Menyelsaikan permasalahan nyata dengan pythagoras
Seringkai kita menjumpai permasalahan yang berkaitan dengan jarak. Jarak antara dua objek dapat dicari dengan berbagai cara, bisa dengan menggunakan besaran lain yang diketahui, misalkan kecepatan dan waktu, ataupun menggunakan jarak antara objek-objek lainnya yang diketahui, seperti permasalahan pada gambar di bawah.

Permasalahan tersebut dapat dipecahkan dengan menggunakan sifat pada segitiga siku-siku. Yang sering kita kenal dengan Teorema Pythagoras. Pythagoras adalah matematikawan yang berhasil membuktikan teorema ini dan mempublikasikan ini untuk pertama kalinya. Sehingga nama dari teorema ini diambil dari nama Pythagoras.
Ringkasan materi :
a.     Memahami Teorema Pythagoras
Untuk mamahami apa yang dimaksud dengan teorema pythagoras, coba kalian perhatikan segitiga siku-siku yang dibatasi oleh tiga bidang persegi yang terdapat pada gambar berikut
Dari gambar tersebut diperoleh bahwa pada suatu segitiga siku-siku, luas persegi pada sisi miringnya sama dengan jumlah luas persegi-persegi pada kedua sisi siku-sikunya atau dapat diartikan pula jumlah dari kuadrat kedua sisi siku-siku suatu segitiga siku-siku sama dengan kuadrat panjang sisi miringnya (hypotenusa). Pernyataan ini yang dinamakan dengan Teorema Pythagoras.
Pada suatu segitiga ABC, panjang sisi siku-sikunya a, pangjang sisi siku-sikunya yang lain adalah b, dan panjang sisi miring adalah c, maka akan diperoleh hubungan sebagai berikut
a2 + b2 = c2
suatu segitiga dapat ditentukan jenis segitiganya menggunakan teorema pythagoras bila memenuhi syarat-syarat berikut ini.
a)    Jika kuadrat sisi terpanjang sama dengan jumlah kudrat sisi-sisi lainnya maka segitiga tersebut adalah segitiga siku-siku.
c2 = a2 + b2
b)   Jika kuadrat sisi terpanjang lebih besar dari jumlah kuadrat sisi-sisinya maka segitiga tersebut adalah segitiga tumpul.
c2 > a2 + b2
c)    Jika kuadrat sisi terpanjang lebih kecil dari jumlah kuadrat sisi-sisi lainnya maka segitiga tersebut adalah segitiga lancip.
c2 < a2 + b2

Contoh soal:
Tentukan termasuk dalam segitiga apa, bilangan-bilangan berikut ini tanpa harus menggambarnya terlebih dahulu.
1.       8, 7, 10
2.      16, 6, 14
3.      24, 7, 25
Penyelesaian:
1.      102 = 100
8+ 7= 64 + 49 = 100
Karena 102 82 + 72 maka segitiga yang terjadi adalah segitiga lancip.
2.      142 = 196
12+ 6= 144 + 36 = 180
Karena 102 82 + 72 maka segitiga yang terjadi adalah segitiga tumpul.
3.      252 = 625
24+ 7= 576 + 49 = 625
Karena 102 82 + 72 maka segitiga yang terjadi adalah segitiga siku-siku.

SOAL DAN JAWABAN HASIL PRESENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK

Kelompok 2 :Lukman Nulhakim
1.      Bagaimana cara menerapkan 5 M pada materi dan apakan penerapan tersebut  hanya untuk permateri ?
Jawab :
Seperti yang kita ketahui dalam metode pendekatan saintifik 5 M adalah mengamati, menanya, menalar, mencoba,mengkomunikasikakn dapat kita terapkan per materi ,contohnya membuat kubus dengan jarring-jaring kubus. Tahapannya yaitu
1.      Mengamati,kita memberikan sebuah jarring-jaring kepada siswa, dimana pada tahap ini siswa hanya mengamati jarring-jaring tersebut saja.
2.      Menanya, setelah mengamati maka siswa dapat menanyakan apa yang harus dilakukukan dengan jarring-jaring tersebut dan bagaimana  membuatnya..Setelah mendapat pengarahan dari guru bahwa mereka harus menggunting jarring-jaring tersebut pada sisi terluarnya, dan menempelkan sisi terluar agar dapat terbentuk kubus.
3.      Menalar, dengan arahan dan bimbingan guru maka siswa mencoba menalar bagaimana jarring-jaring tersebut dapat dibentuk untuk menjadi sebuah kubus.
4.      Mencoba, Siswa berusaha mencoba mempraktikkan membuat kubus dari jarring-jaring tersebut.
5.      Mengkomunikasikan ,pada tahap ini percobaan tersebut telah  jadi sebuah kubus lalu mereka mempresentasikan /menyajikannya.

Kel 2 :Zailan
2.      Apakah yang dimaksud dengan konsep pendekatan saitifik masih belum dipahami apalagi tentang metode pembelajaran yang kurang aplikatif disampaikan?
Jawab :
Dalam penerapannya,metode ini memang  terdapat kekurangan yaitu untuk mata pelajaran, materi atau situasi tertentu pendekatan ini tidak selalu tepat di aplikasikan secara procedural.Tetapi proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai ilmiah dan menghindari nilai-nilai non ilmiah

Kel 3 : Indah Silvia H.
3.      Untuk menggunakan  metode pendekatan saintifik ini  apakah harus di lakukan secara berkelompok atau  bisa secara individu ?

Jawab :
Penerapan metode ini tergantung pada perintah guru, jadi bisa diterapkan secara berkelompok maupun secara individu

Kel 2:Afifatuz
4.      Apa yang dimaksud dengan teori tertentu pada kalimat”Metode  pembelajaran diterapkan  berdasarkan teori tertentu?
Jawab :
Yang dimaksud teori tertentu disini adalah teori yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Misalkan  bagaimana menghitung jarak antara tiang bendera dengan pengamat? Maka yang digunakan adalah teori Phytagoras.

Kel 2 : Dewi Fatmawati
5.      Jelaskan penerapan metode saintifik dalam pembelajaran yang memuat kegiatan pendahuluan ,inti  dan penutup?
Jawab :
·         Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran denga baik. Contohnya ketika memulai pelajaran guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira( mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tiak hadir.
·         Kegiatan inti, adalah kegiatan utama dalam proses pembelajaran ataau penguasaan pengalaman belajar(learning experience) siswa  dengan bantuan guru melalui langkah-langkah kegiatan yang diberikan dimuka.
·         Kegiatan penutup, kegiatan ini ditujukan 2 hal pokok. Pertama validasi terhadap konsep,hokum atau prinsip yang telah dikonstruksikan oleh siswa.Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siawa.



DAFTAR PUSTAKA

Beckmann, A et al. 2009. The ScienceMath Project. Germany: The ScienceMath-Group.
Bell, F.H. 1978. Teaching and Learning Mathematics. Iowa:WBC
Hudson, D. (1996). Laboratory work as scientific method: Three decades of confusion and distortion. Journal of Curriculum Studies, 28(2), 115-135.
Kemdikbud. 2013aPendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran . Jakarta: Pusbangprodik.
Kemdikbud. 2013bKompetensi Dasar Matematika SMP/MTs. Jakarta:Kemdikbud
PPPPTK-SB Yogyakarta2013. Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Pengawas Sekolah, Penerbit Kementerian Pendidikan dan Kerbudayaan RI, Jakarta 2013
PPPPTK SB Yogyakarta. 2013. “Pendekatan & Startegi pembelajaran” Bahan Ajar Diklat Calon Fasilitator TOT IN 2 Implementasi Kurikulum 2013 bagi Kepala Sekolah dan Pengawas Lampiran IV ,Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun 2013, Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum
http://suryatanjung.web.unej.ac.id/?p=1 (Didownload pada hari sabtu, tanggal12-03-2016, pukul 13.15 wib)